Senin, 02 April 2012

SEMINAR PENDIDIKAN DAN PARENTING POMG SMP LABSCHOOL CIBUBUR


Pada penghujung bulan ketiga tepatnya tanggal 31 Maret 2012, POMG SMP Labschool Cibubur menyelenggarakan Seminar Pendidikan yang perdana, dengan mengambil tema: “Berkomunikasi Efektif dengan Remaja”. Seminar menghadirkan dua orang pembicara yang sudah tidak asing di dunia pendidikan dan parenting, mampu menarik peserta seminar dari awal sampai dengan akhir seminar, sehingga sangat sedikit peserta yang meninggalkan kursi seminar sebelum waktunya. Selain materi yang sangat menarik dari pembicara, ternyata penampilan siswa/siswi SMP Labschool Cibubur turut menjadi magnet bagi para peserta sehingga mereka menikmati semua penampilan yang disuguhkan oleh para siswa, seperti Tari Bali yang membawakan tari Puspanjani, Paduan Suara SMP Labscib, serta Ansambel Angklung.

Seminar dibuka secara resmi oleh ketua BPS YP UNJ, Ibu Indira Soenito, M.Psi yang sebelumnya disampaikan pidato sambutan dari ketua panitia, Ibu Dra. Tetty Aryantie, Kepala Sekolah, Drs. Uswadin, M.Pd. serta Bapak dr. Asdineri selaku BPS Labschool Cibubur dihadiri pula oleh Kepala-kepala sekolah Labschool Jakarta dan Kebayoran, Ketua POMG SMP-SMA Labschool, serta peserta yang jumlahnya 200 orang lebih memadati ruang aula lantai 2 Labschool Cibubur.
 Gambar: Banner Seminar Pendidikan dan Parenting POMG SMP Labschool Cibubur

Sesi pertama seminar disampaikan materi dari Ibu Elly Risman, Psi. yang menyampaikan poin-poin penting berkaitan dengan kunci sukses berkomunikasi dengan remaja. Beliau menyampaikan, bahwa letak kegagalan komunikasi antara orang  tua dengan anak remaja adalah karena pola komunikasi yang dilakukan oleh orang tua adalah pola komunikasi jadul, dimana orang tua sering menganggap anak adalah identik dengan pribadinya pada masa lalu. Padahal anak-anak remaja sekarang adalah anak yang hidup di zaman Y dan Z, yaitu generasi yang dilahirkan di tengah-tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat. Mereka hidup dengan jejaring sosial, seperti facebook, twitter, messenger, skype, dll. Sementara beberapa orang tua masih gaptek dengan jejaring sosial tersebut, bahkan beberapa orang tua tidak bisa menggunakannya. Seharusnya pola komunikasi yang dikembangkan, adalah menjadikan mereka sebagai teman, serta orang tua mampu memahami kondisi remaja yang dalam masa adolescence (transisi masa anak ke dewasa) sementara orang  tua dalam posisi usia dewasa yang sangat matang sehingga sering “tidak nyambung” komunikasi yang dilakukan. Akibat dari hal ini maka muncullah “BLAST” dalam diri remaja yaitu: Boring, Lonely, Angry, Stress, and Tired. Kunci yang terpenting dalam berkomunikasi dengan anak adalah, orang tua harus mampu memahami dan mengerti ‘perasaan’ remaja baik yang disampaikan melalui bahasa tubuh maupun bahasa lisan sehingga remaja merasa masih diperhatikan oleh orang tuanya. Ceramah yang disampaikan hampir tiga jam oleh Ibu Elly Risman disertai dengan praktik dan games kecil membuat peserta tidak terasa mendengarkan ceramah lebih dari seratus lima puluh menit. Beliau juga memberikan beberapa tips dan trik untuk bisa berkomunikasi efektif dengan remaja, salah satunya adalah menetapkan tujuan yang jelas dalam keluarga, orang tua mau mendengar suara remaja, orang tua berani minta maaf kepada remaja jika bersalah, dan merubah pola komunikasi tradisional ke model yang lebih baik.
 Gambar: Ibu Elly Risman, Psi. sedang menyampaikan materi seminar

Sesi kedua seminar disampaikan oleh bapak Prof. Dr. Arief Rachman, sesi ini tidak kalah menariknya dengan sesi pertama, hal ini dibuktikan dengan antusiasme yang tinggi dari peserta yang merespon dan menanyakan materi yang telah beliau sampaikan. Lebih dari sepuluh orang yang bertanya dan berinteraksi secara langsung dengan Pa Arief usai beliau menyampaikan materinya. Dalam paparan materinya Pa Arief menyampaikan bahwa keberhasilan komunikasi antara orang tua dengan remaja adalah kemampuan orang tua dalam mengembangkan ‘suasana’ komunikasi yang baik dan sehat dalam keluarga. Orang tua hendaknya mengetahui sukses pendidikan dalam keluarga, yaitu yang terdiri dari lima indikator; bertakwa, berkepribadian matang, berilmu mutakhir dan berprestasi, mempunyai rasa kebangsaan serta berwawasan global. Sehingga orang tua tidak hanya cukup menganggap jika anaknya pandai dan berilmu sudah berhasil.
Gambar: Pa Arief dengan style yang khas, saat menyampaikan materi seminar

 Pa Arief menambahkan bahwa dalam situasi pergeseran masyarakat dari masyarakat tradisional menuju ke masyarakat modern sering muncul hal-hal yang sebelumnya tidak etis dibicarakan menjadi sesuatu yang layak dibicarakan. Rasa sosial yang tinggi cenderung menurun dan terkesan egois. Dalam kondisi ini orang tua hendaknya mampu memahami pergeseran-pergeseran yang terjadi dengan tetap membimbing anaknya sesuai dengan landasan utama yaitu nilai-nilai moral dan agama. Oleh karena itu tipologi pola asuh orang tua yang harus dikembangkan adalah tipologi “suri tauladan” bukannya otoriter, melindungi, atau yang membebaskan. Dengan tipologi pola asuh suri tauladan diharapkan remaja akan memiliki sifat Menjaga nama baik keluarga, Mudah bersosialisasi, Berprinsip, Dewasa serta Memiliki akar dalam keluarga.

Menurut pa Arief yang tidak kalah penting dalam melakukan komunikasi adalah dengan menyeimbangkan antara tiga komponen yaitu iman/ qolbu, akal dan perasaan, dan iman adalah tetap harus menjadi panglima dari akal dan perasaan. Pada bagian akhir, pa Arief menyempaikan tigabelas watak yang harus dikembangkan oleh remaja agar menjadi pribadi yang sukses yaitu:  
1) Bertaqwa , 2) Fleksibel (flexible), 3) Keterbukaan (open), 4) Ketegasan (decisive), 5) Berencana (organize), 6) Mandiri (independence), 7) Toleransi (tolerate)8) Disiplin (discipline), 9) Berani ambil resiko (Risk taker), 10) Sportif (Sportive), 11) Setia kawan (loyalty), 12) Integritas (integrity) dan 13) Orientasi masa depan-penyelesaian tugas (Future oriented).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar