Belajar di Jepang banyak cara dilakukan oleh kita untuk mengetahui dan mengambil pelajaran dari kesuksesan negeri sakura ini. Kemajuan dan kesuksesan Jepang telah diakui oleh dunia, setelah kehancuran negeri ini pasca perang dunia kedua. Kemajuan dan kesuksesan Jepang yang tetap meneguhkan dan menjaga nilai-nilai tradisi walaupun negeri nya semakin maju dan modern.
Gambar: kunjungan ke kuil Shinto dan berfoto bersama
Salah satu cara untuk mengambil pelajaran dari Jepang adalah berkunjung ke negeri sakura secara langsung, dan tinggal bersama orang Jepang serta meraskan pembelajaran sekolah di Jepang. Tentunya tidak kalah menarik adalah mengenal budayanya sekaligus tempat tempat menarik di sana.
Siswa- siswi SMP Labschool Jakarta sangat beruntung, mereka dapat menikmat hal itu, pada akhir tahun 2023 yang lalu mereka bersama guru dan pendamping berkunjung ke Jepang. Kegiatan yang berlangusng sembilan hari ini dikemas sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar berbagai aspek kehidupan di Jepang.
Menggunakan maskapai penerbangan ANA siswa terbang dari Soekarno Hatta menuju Haneda, dan dilanjutkan penerbangan menuju Osaka melalui bandara Itami . Dari sinilah petualangan dimulai. Siswa pertama kali datang mengunjungi pusat perbelanjaan Dotonbori di Jepang sebelum melakukan check in hotel. Esok pagi siswa mengikuti kunjungan ke Osaka Castle yaitu benteng yang terkenal karena pertahanan yang kokoh dengan dikelilingi air yang cukup dalam dan lebar. Siswa juga diajak berkunjung Osaka City Abeno Life Safety Learning Centre, yaitu pusat edukasi untuk keselamatan dalam menghadapi bencana. Di sini siswa mendapat penjelasan mengenai bagaimana masyarakt Jepang sudah dilatih dari kecil untuk selalu waspada, terutama gempa bumi, tsunami atau yang lainnya. kunjungan kedua tempat ini sangat menarik karena siswa dapat belajar menghargai sejarah dan belajar bagaimana perlunya memiliki kesadaran menghadapi bencana.
Gambar: Menggunakan baju kimono
Agenda lainnya adalah siswa belajar menggunakan Kimono, yaitu baju khas Jepang dan dengan menggunakan Kimono siswa diantar berkeliling mengunjungi Inarifushimi yaitu Kuil Shinto yang dipersembahkan untuk Inara yaitu dewa beras atau kesuburan. Siswa dengan berkimono melakukan foto di tempat-tempat atau spot yang unik dan menarik. Kuil ini banyak pengunjungnya, dan untuk sampai ke tempat ini harus berjalan kaki sekitar 1 kilo lebih dan melewati perkampungan/ pertokoan khas Jepang serta melintasi rel kereta api. Karena jalannya yang kecil sehingga bus besar tidak dapat masuk, oleh karena itu pengunjung diturnkan di pusat parkir bus, selanjutnya pengunjung berjalan kaki menuju kuil tersebut.
Selanjutnya ada kegiatan Tea Ceremony experience (sakai risho no mori), yaitu merasakan minum teh khas Jepang dengan tata cara nya yang unik dan penyajian yang khas pula. kegiatan ini dilakukan di sebuah gedung yang cukup besar dan sebelum minum peserta diberikan penjelasan tata cara dalam meminum teh tersebut.
Gambar: Kunjungan ke Tokyo University
Hari berikutnya para siswa mengadakan Cultur Exchange mengunjungi Seishin Gakuen Secondary School dan Utano Junior High school. di kedua sekolah ini siswa berinteraksi dengan siswa lokal dengan terlebih dahulu menampilkan paduan suara siswa yang menyanyikan lagu Jepang, dan para siswa juga mempresentasikan profile sekolahnya dengan bahas Inggris. Selanjunya siswa melakukan kegiatan belajar bersama di kelas dengan berkelompok yang anggotanya gabungan antara siswa Labschool dengan siswa Jepang. Pada saat bersamaan pihak sekolah juga melakukan penandatanganan kerjasama (MoU) dengan kedua sekolah tersebut yang berisi kesepakatan untuk menjalain kerjasama pendidikan demi kebaikan dan kemjuan pendidikan di kedua sekolah.
Gambar; Siswa Jepang dan Labschool berkolaborasi dalam kelompok
Gambar; Berfoto bersama setelah penampilan budaya
Usai melakukan kunjungan sekolah, siswa selanjutnya mengikuti kegiatan home stay, dimana siswa merasakan tinggal bersama dan menginap di keluarga Jepang selama satu malam. Di sini benar-benar siswa mengalami dan merasakan tinggal bersama keluarga Jepang di kampung yang masih sederhana jauh dari hingar bingar kota.
Perjalanan di Jepang menggunakan bus pariwisata yang selalu stand by mengantar rombongan dari satu lokasi ke lokasi lain. Ada fariasi perjalanan untuk menambah pengalaman yaitu menggunakan kereta lokal Jepang semacam commuter line dan dilanjutkan dengan memakai kereta cepat kebanggan Jepang, yaitu Sinkansen. Walau tidak terlalu lama, namun kita merasakan menjadi masyarakat Jepang yang menggunakan tansportasi publik menuju tempat kerja.
Pengalaman yang tidak kalah menarik adalah para siswa belajar Japanese Calligraphy yaitu menulis huruf huruf jepang Hiragana dengan teknik yang tepat. Siswa diajari bagaimana menulis nama diri dengan bahasa Jepang. Kegiatan yang berlangung selama dua jam lebih dan mengambil di sebuah gedung sekolah yang sudah tutup karena sudah tidak ada murid usia sekolah. Suasan kelas khas Jepang dengan meja dan kursi kayu serta peninggalan alat-alat dan benda laboratorium yang masih terawat. Saat di kelas ini terasa kita berada di ruang kelas SD inpres yang sangat sahaja namun membawa kedamaian di hati. Siswa kemudian melanjutkan kursus bahasa Jepang singkat di sekolah bahasa, disini diajarkan bahasa Jepang keseharian yang digunakan masyarakt Jepang dalam kehidupan baik di rumah, sekolah maupun pusat perbelanjaan. Tujuan pembelajaran ini agar siswa dapat menerapkan saat di pusat keramaian seperti menayakan tempat sampah dan toilet, karena tidak semua orang Jepang faham bahasa Inggris.
.jpeg)
Gambar: Belajar menulis huruf Hiragana Jepang
Selanjutnya perjalanan dari Osaka menuju ke Tokyo dengan menggunakan pesawat ke Haneda dan selanjutnya berkunjung ke Tokyo University, di sini bisa bertanya kepada mahasiswa Indonesia yang belajar di University, sambil berkeliling kampus siswa dapat menayakan tentang seluk beluk perjuangan belajar di luar negeri. Siswa juga dapat merasakan suasana makan di kantin yang luas dan menampung ribuan mahasiswa. Siswa juga bisa berbelanja cindera mata kampus yang di jual di toko di salah satu sudut kampus mulai switer, ballpon, topi, kaos, dll.
Kesempatan yang menarik adalah siswa dapat berkunjung ke Coin Factory (Japan Mint Saitama Branch) yaitu tempat pencetakan koin mata uang Jepang mungkin kalau di Indonesia seperti Peruri. Di sini siswa dapat melihat proses pembuatan uang koin Jepang secara langsung dan melihat pembuatan pin yang dikeluarkan pemerintah Jepang untuk penghargaan atau pangkat kepada warga yang mendapatkannya seperti untuk keluarga raja, militer, tamu kehormatan, dll. Sore menjelang malam anak-anak diajak untuk cuci mata dan mencari oleh-oleh di Akihabara. Bayak barang-banrang branded dan oleh-oleh khas Jepang yang harganya lumayan bersaing.
Acara yang membuat anak-anak tersihir adalah pada saat kunjungan ke Gundam Factory Yokohama, yaitu menyaksikan robot Gundam yang RX-78-2 dengan ukuran tinggi 18 meter dan berat sekitar 25 metrik ton. Pembuatan Gundam dimaksudkan untuk memperingati 40 tahun penayangan serial TV "Mobile Suit Gundam". Siswa lebih tertarik lagi karena salah satu profesor yang membangun robot gundam adalah orang Indonesia yaitu Prof Pitoyo Peter Hartono, seorang diaspora yang juga berprofesi sebagai dosen di Universitas Nagoya. Para siswa pun mendapat penjelasan proses pembuatan robot yang memakan waktu empat tahun lebih. Usai penjelasan siswa dapat menyaksikan robot gundam bergerak dan bermanuver, dilanjutkan berfoto bersama dengan profesor.
Gambar: berfoto bersama Prof Pitoyo
Kunjungan berikutnya adalah ke Asakusa (Sensoji Temple& Nakamise Street) kunjungan ke Kuil Asakusa yang dekat pusat keramaian kota, siswa juga bisa sambil berbelanja oleh-oleh khas Jepang dengan beraneka ragam. Puncak untuk shopping bagi yang memiliki hobi belanja yaitu di daerah Shibuya Shopping District. Beragam produk manca negara banyak tersedia di sini, seperti sepatu, fashion dan bermacam games.
Gambar: Berfoto bersama di depan robot Gundam
Acara sebelum pulang ke tanah air adalah mengunjungi Tokyo Disney Sea, siswa hampir seharian menjelajah wahana disney yang ada dekat laut ini. Tidak ada kata lelah dan letih untuk anak-anak, semua wahana hampir di coba sambil sesekali menikmati makanan di sana. Esok paginya siswa kembali ke tanah air setelah menjelajah Jepang sekitar satu pekan. Perasaan senang dan bahagia tersimpan di benak para siswa.