Selasa, 17 November 2020

Pendekatan MASKER dalam PJJ

Tantangan belajar dan mengajar di masa pandemi yang dilakukan dengan cara pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau dengan cara belajar dari rumah (BDR) memang lebih berat dibanding dalam masa di luar pandemi. Namun demikian sesulit dan seberat apapun pembelajaran harus dapat berjalan dengan kondisi-kondisi yang ada. Masalah ini tidak hanya dialami oleh Indonesia saja, namun seluruh dunia pun merasakan dan mengalami.

Disparitas masyarakat Indonesia yang sangat heterogen ditambah dengan disparitas sarana prasarana pendidikan yang ada dengan jangkaun luas wilayah Indonesia yang besar menimbulkan masalah sendiri. Hal ini berbeda dengan negara-negara lain yang secara wilayah dan populasi jauh berbeda dengan Indonesia, mereka lebih maju, lebih homogen dan lebih maju dalam sarana prasarana serta pemanfaatan teknologi informasi ditambah sumber daya manusia pendidiknya lebih baik. 

Namun semangat dan naluri mendidik/mengajar tidak bisa dihentikan hanya karena pandemi oleh insan-insan pendidikan. Kendala dan hambatan harus dilalui dengan semangat mencerdaskan kehidupan bangsa serta  sebagai amanah bagi pendidik. Walaupun dalam pelaksanaan PJJ kadang muncul dampak-dampak psikologis baik dari guru maupun peserta didik. Masalah psikologis menimbulkan beberapa peserta didik mengalami kejenuhan, malas, stress, depresi bahkan sampai ada yang bunuh diri karena beratnya tugas-tugas belajar selama PJJ.

Kondisi-kondisi psikologis seperti di atas sebenarnya dapat dihindari dalam pelaksanaan PJJ/ BDR apabila pendidik dan institusi pendidikan mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik walupun tidak se-ideal dalam kondisi normal. Pendektan yang tepat kepada peserta didik akan menjadikan peserta didik dapat belajar secara menyenangkan dan bermakna serta jauh dari stress dan kebosanan.

Pendekatan yang dapat dilakukan dalam PJJ/ BDR agar peserta didik dan pendidik dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik salah satunya dengan Pendekatan “MASKER”. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan masker dapat dijelaskan di bawah ini.

1. Menyapa siswa dengan ramah.

Hal yang penting dalam pembelajaran adalah bagaimana pendidik dapat menyapa dengan baik dan ramah dalam pembelajaran sehingga peserta didik merasa menjadi bagian dalam proses belajar mengajar. Penghargaan dan sapaan baik merupakan awal yang baik dalam pembelajaran dan siswa menjadi subyek dalam pembelajaran.

2. Apresiasi siswa sebaik mungkin

Memberi apresiasi kepada siswa dalam bentuk yang paling sederhana sampai yang lebih baik dalam bentuk pujian, nilai, atau hadiah. Siswa yang mendapat apresiasi akan lebih termotivasi dalam belajar dan hal ini juga akan memberi dorongan siswa lain untuk sama-sama berprestasi. Sebagaimana terori Maslow bahwa kebutuhan manusia adalah untuk dihargai, maka guru hendaknnya tidak pelit memberikan pujian kepada peserta didik.

3. Sesuaikan materi kurikulum dengan kondisi

Karena pembelajaran dalam kondisi tidak normal maka pelaksanaan atau implementasi kurikulum atau materi pembelajaran tidak dapat dilaksanakan seperti biasa. Guru harus mencari materi esensial yang harus disampaikan kepada siswa sehingga tidak terlalu banyak materi yang disampaikan. Pemberian tugas atau pun harus disesuaikan tidak seperti penugasan di masa normal. Dalam hal ini pemerintah melalui Kabalitbangbuk mengeluarkan SK no 018/H/KR/2020 tanggal 5 Agustus 2020 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah secara khusus dengan penyederhanaan kompetensi dasar semua mata pelajaran.

4. Kerjasama, kolaborasi dan Komunikasi dengan pihak-pihak

Guru dan sekolah harus mampu melakukan kerjasama dengan peserta didik, orangtua dan tentunya sesama guru agar pembelajaran dapat berjalan lancar. Adanya Kerjasama, kolaborasi dan komunikasi sehingga dapat mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Sekolah dalam waktu-waktu tertentu sebaiknya meminta pendapat dan masukan dari orangtua tentang pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Adanya kerjasama yang baik maka kesulitan-kesulitan atau kendala dapat diatasi bersama. Orangtua dan sekolah berkolaborasi untuk menyukseskan pembelajaran anak.

5. Evaluasi dilakukan secara fleksibel

Evaluasi merupakan suatu kegiatan guru untuk mendapatkan informasi tentang seberapa jauh materi atau kurikulum dapat dikuasai oleh siswa. Evaluasi dalam masa PJJ tidak harus dalam bentuk ulangan, atau tes. Guru dapat menilai dengan kehadiran anak selama PJJ, perhatian dan tanggungjawab selama belajar, atau keaktifan selama diskusi. Kalaupun dilakukan secara tertulis maka tingkat kesulitan soal paling tinggi adalah pada tingkat sedang dan hindari yang sulit.

6. Refleksi

Guru dalam pembelajaran perlu melakukan refleksi tentang apa yang telah dilakukan dalam pebelajaran. Kekurangan-kekurangan dan kendala-kendala yang terjadi menjadi catatan untuk perbaikan pembelajaran pada berikutnya. Guru pun dapat meminta masukan atau saran dari peserta didik tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Apabila kita mampu menangkap keinginan peserta didik maka dapt dipastikan pembelajaran akan lebih menyenangkan dan menghindari stress atau depresi siswa selama PJJ.

Menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua untuk menciptakan susasan belajar yang lebih baik dalam masa pandemi sehingga hal-hal negatif yang terjadi selama PJJ dapat dihindari atau minimal terkurangi. Pendekatan MASKER selama PJJ bisa menjadi sedikit solusi bagi guru, sekolah dan insan-insan pendidikan untuk menjadikan pendidikan yang menyenangkan, menantang dan bermakna selama pandemi ini. Pendekatan masker pun diterapkan tidak hanya saat pandemi saja, namun pada saat normalpun pendekatan masker akan dapat mengoptimalkan pembelajaran sehingga kualitas proses belajar mengajar dapat berlangsung lebih baik.


Jumat, 13 November 2020

Kreativitas dan Semangat Mendidik saat Pandemi

Masa pandemi, kegiatan dalam dunia pendidikan mengalami perubahan drastis sebagaimana dialami pula bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosial, budaya, pariwisata dan bahkan dalam bidang kehidupan agama yang tidak luput pula mengalami perubahan. Memang penyebaran Covid-19 yang sangat masif dan cepat memerlukan antisipasi dan pencegahan yang terencana, terpadu dan sistematis baik pemerintah, lembaga maupun perorangan.

Kebiasaan para siswa belajar di sekolah atau madrasah sudah tidak terlihat lagi selama beberapa bulan ini, bahkan hampir mendekati bilangan tahun. Siswa belajar dari rumah, dan guru pun mengajar dari rumah. Memang pada awal-awal kebijakan ini banyak kegamangan dan kebingungan yang datangnya dari guru, siswa bahkan orangtua. Bagaimana mungkin siswa bersekolah di rumah, dan bagaimana mungkin guru pun megajar dari rumah. Namun karena kondisi yang menuntut demikian maka walaupun dengan keterpaksaan dan penolakan di sana-sini, proses belajar dari rumah (BDR) atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) berjalan.

Babak berikutnya adalah adanya kendala untuk menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa (transfer of knowledge) yang ternyata tidak semudah saat pembelajaran tatap muka. Kendala tersebut diantaranya adalah terbatasnya komunikasi jarak jauh guru dan siswa, serta minimnya perangkat untuk transfer of knowledge tersebut. Beberapa kendala diantaranya belum tersedianya jaringan listrik di daerah-daerah tertentu, terbatasnya internet, tidak adanya gawai, serta tidak adanya paket atau data untuk mengakses.

Dari sisi guru, beberapa guru pun mengalami keterbatasan pengetahuan dan cara untuk mengerjakan tugasnya dari rumah. Namun karena tuntutan dan kondisi, guru-guru pun berupaya bangkit untuk belajar dan belajar lagi memanfaatkan kemajuan sosial media dan teknologi informasi yang semakin maju. Guru-guru memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia, seperti menggunakan SMS, WA, Email, serta aplikasi-aplikasi yang disediakan oleh Google. Pemerintah pun membantu dengan menyiadakan sarana-sarana siaran edukasi melalui televisi dan radio serta melalui situs guru berbagi, guru penggerak dan lain-lain.

Guru di masa pandemi secara tidak langsung bisa melakukan adaptasi dalam pembelajaran dan dengan cepat pula menyesuaikan kemampuannya melalui penguasaan keterampilan dengan menggunakan paltform pembelajaran yang beraneka ragam. Zoom cloud meeting adalah salah satu yang populer digunakan guru untuk mengajar di daerah yang memiliki dukungan internet dan perangkat yang memadai. Google meet, youtube, trello, quissis, blog, canva, padlet, google form, google classroom, edmodo serta beberapa media lainnya menjadi hal yang tidak asing di kalangan guru-guru.

Gambar: Guru dan sekolah yang sepi saat pandemi

Guru-guru berinovasi dengan kreativitasnya serta semangat melayani siswa berakselerasi menguasai teknologi untuk menyesuaikan pembelajaran di masa pandemi. Diskusi dan sahring berbagi pun hampir setiap hari terjadi melalui webinar maupun diklat daring. Pandemi ternyata lebih mempercepat guru mengakselerasi teknologi dan lebih mampu mempererat silaturahmi dan menggali ilmu (tolabul ilmi) yang hampir tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan jarak.

Pemerintah pun berupaya melakukan relaksasi pembelajaran di masa pandemi dengan tidak mengejar target kurikulum. serta memberikan bantuan kuota internet bagi siswa, mahasiswa dan guru. Banyak upaya yang sudah dilakukan, namun kesempurnaan tidak akan menyamai pembelajaran yang dilakukan secara langsung, dimana suasana sosial, kedekatan, emosi dan kebersamaan serta empati bersatu dalam pembelajaran.

Sukses selalu untuk guru pembelajar dan semoga pandemi ini bisa berlalu. Kita pun berharap tahun baru bisa mulai belajar tatap muka dan suasana baru pasti tercipta lebih baik dan berkualitas karena kita telah belajar bersama-sama dan sama-sama belajar di masa pandemi.

Link tulisan ini juga bisa dilihat di: https://channel9.id/kreativitas-dan-semangat-mendidik-saat-pandemi/?fbclid=IwAR2D-JjytBmN99DAJ7QwLzESZaalFSpOTADdTxlvAySnCY7gj0M_6GdLmoM.