Selasa, 28 September 2021

Merdeka Belajar Jaman Dulu

Aku jadi teringat waktu belajar di bangku Sekolah Dasar sekitar tahun 1979 sampai 1981 saat duduk di kelas 4, 5 dan 6. Sekolahku di kampung yang jarak nya sekitar 25 kilometer dari kota kabupaten. Sekolah yang dibangun sebelum proklamasi sehingga bangunannya masih menggunakan dinding anyaman bambu dengan pilar pilar kayu balok yang kokoh serta ada jarak lubang sekitar 10 centimeter dari lantai ke bilik bambu yang paling bawah, sehingga udara dari bawah kaki dapat terasa, demikian pula dari atas yang hanya menggunakan anyaman kawat berlubang yang memungkinkan angin bisa bertiup dari luar ke dalam kelas.


Walaupun ruang kelas yang sangat sederhana, dengan bangku yang bersambung dengan kursi atau bangku dengan kursi panjang yang dapat diisi lima sampai tujuh murid sesuai ukuran murid. Apabila berbadan besar maka hanya lima murid sedangkan murid berbadan kecil bisa sampai tujuh murid. Namun suasana belajar sangat menyenangkan.

Ada guru yang sangat inspiratif dan kreatif dalam "mengorkestrasi pembelajaran" selama belajar di SD. Salah satunya adalah pa Eko, guru muda yang sangat 'out of the box' pada masanya.
Mengajar sudah sambil memainkan gitar, kita pun diajar menyanyi dan dikenal dengan lagu-lagu daerah serta lagu yang populer pada masanya. Pa Eko mahir pula mengajarkan mata pelajaran lain, karena guru SD harus bisa mengajar semua mata pelajaran, kecuali pelajaran Agama yang ada gurunya sendiri. Selain pa Eko ada pa Dadang, bu Trini, bu Endang serta bapak ibu guru senior dengan seorang kepala sekolah yang bijak.

Dalam waktu-waktu tertentu anak anak diajak mengenal lingkungan dengan jalan bersama mengelilingi beberapa desa dengan jarak sekitar 3 sampai 5 kilometer.
Saat olahraga yang memerlukan lintasan lari 100 meter guru memanfaatkan jalan kecil yang lurus di bawah rindang pohon bambu disitulah 3 sampai 5 orang murid bisa adu cepat lari secara bergantian.

Guru juga mengajak berkebun menanam kacang dan merawat bersama hingga sampai panen bersama. Saat panen, kacang di rebus dan dimakan bersama di sekolah, anak-anakpun bisa membawa pulang ke rumah.
Saat olah raga kasti atau sepak bola guru pun berbaur menjadi pemain dengan murid murid. Seakan tidak ada jarak antara guru dan murid.

Pada saat krida, murid murid berlomba membersihkan kelas dan lingkungan sekolah serta lomba masak. Sehingga anak-anak mendapat pengalaman belajar dalam bentuk lain sampai menanamkan tanggungjawab dan peduli pada lingkungan.

Murid murid pun diikut sertakan membenahi sekolah, pada Sabtu pagi murid murid kelas 5 dan 6 diajak ke Sungai untuk mencari pasir dengan menggunakan bakul atau keranjang kecil untuk menutup tanah yang rendah. Orangtua melalui BP3 juga ikut mendukung pembangunan ruang kelas baru, dengan menyumbang sedikitnya 100 buah batu bata atau pasir, sehingga ruang baru dapat dibangun dengan swadaya.

Perpustakaan walaupun masih hanya sebatas lemari kaca namun murid murid diperkenankan meminjam dan membaca buku. Yang paling membahagiakan setiap akhir tahun ada penampilan murid serta penghargaan bagi siswa berprestasi dan orangtua pun hadir dalam acara tersebut.

Rabu, 01 September 2021

Podcast Bersama Senator DPD RI, Ibu Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si.

Pengalaman menjadi podcaster seorang senator DPD RI, merupakan pengalaman yang tidak terlupakan. Bagaimana tidak, kita diberikan kesempatan untuk berbincang dan bertanya-tanya tentang sosok publik figur sekaligus wakil rakyat yang duduk di kursi terhormat yaitu MPR dari unsur DPD. Seperti diketahui, anggota MPR terdiri dari dua unsur, yaitu unsur DPR RI dan DPD RI. Hari itu, tepatnya Jumat, 20 Agustus 2021 bertempatan di ruang tamu VIP rektor UNJ dilakukan Podcast yang digelar oleh Pengurus Pusat IKA UNJ (Podcast IKA UNJ).

Gambar: Berfoto bersama dengan narasumber Podcast bersama Ketum IKA UNJ

Pada dua hari sebelumnya, Rabu, 18 Agustus 2021 Podcast IKA UNJ menghadirkan tiga sosok alumni yang telah sukses dalam bidang tugasnya. Alumni tersebut adalah ibu Dra. Nahdiana, kepala Disdik DKI Jakarta yang diwawancarai oleh podcaster Dr. Bombom Dirgantara, M.Pd. Adapun yang kedua adalah bapak Drs. Sugeng Suparwoto selaku ketua Komisi VII DPR RI yang diwawancarai oleh podcaster Defrizal, S.Pd. Sedangkan alumni terakhir yang mengisi podcast pada hari itu adalah bapak Dr. Suseno, M.Pd. yang menjabat sekretaris eksekutif rektor UNJ dan diwawancarai oleh podcaster Erfan, S.Pd.

Gambar: Sesi mewancarai ibu Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH. M.Si.

Jumat itu, ada dua alumni yang hadir mengisi Podcast IKA UNJ, yang pertama adalah Ibu Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, S.H., M.Si. dan Komika Bung Tata, S.Pd. Pada sesi pertama pewancara senator adalah saya sendiri yang didaulat oleh pengurus IKA UNJ untuk menjadi podcaster dari senator yang keren beken. Sedikit agak grogi dan gugup di awal, namun karena akan dilihat publik maka kegugupan tersebut bisa diatasi sedikit demi sedikit. 

Gambar: Berfoto bersama senator

Ibu Prof. Dr. Hj. Sylviana Murni, SH. M.Si. merupakan sosok wanita tangguh yang merupakan asli betawi. Dilahirkan di Jakarta dari orang tua yang juga asli Betawi yaitu dari Jatinegara dan Cikini. Dibesarkan dalam suasana keluarga besar yang demokratis dan religius sehingga ibu Sylvi bisa berkembang dan sukses sampai saat sekarang. Perjalanan karirnya sebagai abdi negara sangat panjang, dan dalam sejarah karier nya, beliau adalah pribadi yang dipercaya untuk memimpin suatu jabatan yang baru pertama kali dijabat oleh kaum hawa. Beliau pernah menjadi kepala dinas pendidikan, walikota wanita pertama di Jakarta, kepala satpol PP DKI Jakarta yang pertama, serta Deputi Gubernur wanita pertama di DKI Jakarta. Bagi beliau tugas harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan kepercayaan diri yang tinggi serta senantiasa belajar dan belajar serta mampu beradaptasi dengan lingkungan baru. Beliau juga pernah menjadi anggota DPRD DKI Jakarta periode (1997-1999)

Beliau menempuh pendidikan S1 di tempuh di Universitas Jaya Baya, sedangkan S2 ditempuh di Universitas Indonesia pada prodi Manajemen Kependudukan Fakultas Ekonomi. Jenjang doktornya ditempuh di program studi Manajemen Pendidikan PascaSarjana UNJ dan dapat menyelesaikan studi selama 20 bulan disela-sela kesibukannya sebagai kepala dinas saat itu. Bu Sylvi pernah menjadi None Jakarta tahun 1981 dan menikah dengan bapak H. Gde. Sardjana, Dipl. Ing. SE., M.M. Menurutnya sosok pa Gde merupakan suami yang sangat mendukung dan mendorong istri untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Gelar guru besar diperoleh dari Universitas Muhamadiyah Prof. Dr. Hamka.

Gambar: Ketum IKA UNJ memberikan kenang-kenangan kepada Ibu Sylvi

Bu Sylvi juga pernah maju menjadi calon gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Agus Harimurti Yodhoyono (AHY), namun gagal masuk ke putaran kedua. Akhirnya pada pemilu 2019 beliau memutuskan menjadi anggota DPD dari DKI Jakarta dan akhirnya terpilih menjadi Senator dari Jakarta dan duduk di DPD dan MPR periode 2019-2024.

Saat sekarang menjadi anggota DPD beliau siap selama 24 jam untuk melayani warga DKI Jakarta, oleh karena gawainya selalu hidup selama 24 jam dan siap merespon apabila ada telpon ataupun aduan yang masuk dari warganya. Segala aktivitas kegiatan sehari-hari selaku senator, ia rekam laporkan dalam buku yang berbentuk majalah yang dapat dibaca oleh semua orang dan dapat menjadi bahan pertanggungjawaban sebagai anggota DPD.

Walaupun sesibuk apapun, beliau tetap memberi perhatian kepada keluarga, sehingga keluarganya berjalan dengan harmonis, kedua anaknya sudah menikah dan sudah bekerja sesuai bidangnya. Hal yang terpenting ditanamkan dalam keluarga menurutnya adalah agama, sehingga dimanapun anak-anaknya berada atau bertugas maka tidak akan melupakan agama dan tuhannya.

Sukses dan sehat selalu, Ibu senator dengan kesibukan yang luar biasa. Terima kasih untuk waktu dan sharingnya yang luar biasa untuk keluarga besar IKA UNJ.