Konvensi kenegaraan
kembali dilakukan oleh Negara Indonesia dalam memperingati kemerdekaan Indonesia yang ke 77. Konvensi sebagai bagian konstitusi tidak tertulis,
merupakan kebiasaan-kebiasaan yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara meskipun tidak tertulis. Salah satu konvensi tersebut
adalah pidato Presiden di depan sidang Tahunan MPR serta sidang bersama DPR dan
DPD setiap tanggal 16 Agustus sebagai rangkaian peringatan hari ualang tahun
(HUT) kemerdekaan RI. Konvensi ini sudah dilakukan sejak era presiden Soeharto
dilanjutkan oleh presiden-presiden selanjutnya dan di era presiden Jokowi.
Pidato yang disimak
melalui siaran langsung melalui radio ini benar-benar membuat saya kagum dan
bangga serta penuh optimisme sebagai warga bangsa Indonesia. Sambil mendengar
pidato seakan saya melayang merasakan suasana awal revolusi dimana rakyat
dengan antusias mendengar pidato presiden Soekarno saat itu. Suasana perjalanan
dari bilangan Rawamngun menuju Cibubur dengan mendengarkan siaran langsung
benar-benar membuat hati berbinar-binar dan perasaan kagum dan bangga luar
biasa. Sebagai praktisi pendidikan yang mengampu mata ajar Pendidikan
Pancasila/ Kewarganegaraan, pidato presiden yang merupakan salah satu konvensi
menjadi santapan atau menu wajib, karena dengan menyimak pidato ini kita dapat
mengetahui perkembangan negara yang sesungguhnya dari sumber informasi yang
sangat valid dan kredibel yang bisa dijadikan sebagai bahan informasi dalam
proses pendidikan. Untuk mendapatkan informasi yang lengkap kami pun mencari
dokumen lengkap dari pidato presiden tersebut.
Pidato presiden Joko
Widodo singkat dan padat dan didalamnya menggambarkan pencapaian-pencapaian
pembangunan yang telah diraih pada periode kedua Jokowi dan khususnya pada tiga
tahun kepemimpinan beliau. Pidato yang dibacakan kurang dari setengah jam
membuat pendengar mendapatkan informasi kekinian yang menunjukkan posisi dan
prestasi Indonesia pasca pandemi. Ibarat usai perang dunia, pandemi ini pada
hakekatnya adalah perang dunia dalam melawan corona virus yang melanda hampir
seluruh negara di dunia. Tidak hanya negara-negara kecil dan berkembang, negara
maju pun ikut terdampak dengan “perang dunia” ini. Usai Perang Dunia kedua,
salah satunya Indonesia berhasil bangkit dan memenangkan kolonialisme dengan
menjadi negara merdeka pada tahun 1945. Usai “perang dunia” kali ini, Indonesia
juga kembali bangkit menjadi negara yang kuat dan Tangguh. Sebagaimana tema HUT
Kemerdekaan RI ke- 77, “Pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat”.
Presiden menyampaikan
bahwa 107 negara terdampak krisis, dan sebagian di
antaranya diperkirakan akan jatuh bangkrut. Diperkirakan 553 juta jiwa terancam
kemiskinan ekstrem, dan 345 juta jiwa terancam kekurangan pangan dan kelaparan.
Indonesia termasuk negara yang berhasil mengendalikan pandemi Covid-19,
termasuk lima besar negara dengan vaksinasi terbanyak di dunia, yaitu 432 juta
dosis vaksin yang telah kita suntikkan. Selanjutnya Presiden juga melaporkan
bahwa inflasi Indonesia terkendali dikisaran 4,9 persen jauh di bawah
negara-negara di Kawasan ASEAN yang berada di angka 7 persen dan negara-negara
maju yang berada di angka 9 persen. Pemerintah juga berhasil mencetak neraca
APBN yang mengalami surplus sebanyak 106 trilyun.
Disamping
itu ekonomi tumbuh positif di 5,44 persen pada kuartal II tahun 2022. Neraca
perdagangan juga surplus selama 27 bulan berturut-turut ini berarti sudah
berjalan dua tahun lebih, dan semester I tahun 2022 ini surplus sekitar Rp 364
triliun. Ini menurut hemat saya suatu pencapaian luar biasa, pada saat dunia
mengalami krisis luar biasa, negara kita justru dapat mengatasi dengan baik dan
bahkan mencapai nilai lebih sebanyak 60 triliun setiap bulannya, atau sebanyak 2
triliun per-harinya. Pencapaian seperti ini tentunya hal yang membanggakan,
walaupun kita harus tetap waspada dan hati-hati seperti pesan presiden.
Presiden
menambahkan pencapaian tersebut karena adanya kekuatan bangsa Indonesia,
pertama adanya sinergi dan gotong royong antar komponen bangsa, kekuatan kedua
Indonesia adalah sumber daya alam yang melimpah. Wilayah yang luas dengan
keanekaragaman hayati terkaya di dunia pasti menjadi kekuatan besar Indonesia. Ini
pesan utama dari presiden agar kita benar-benar bisa menjaga kekuatan ini
dengan sebaik-baiknya serta dikelola dengan baik. Kekuatan ketiga kita adalah
bonus demografi. Kekuatan keempat adalah kepercayaan internasional yang
meningkat tajam. Indonesia diterima oleh Rusia dan juga diterima Ukraina
sebagai jembatan perdamaian. Diterima negara-negara besar, walau pun geopolitik
sedang panas.
Presiden juga menyampaikan Indonesia juga dipercaya PBB sebagai Champions dari
Global Crisis Response Group untuk penanganan krisis global baik krisis
pangan, krisis energi maupun krisis keuangan. Dan tahun ini, kita menjadi
Presiden G20, organisasi 20 negara ekonomi terbesar di dunia. Tahun depan, kita
juga menjadi Ketua ASEAN. Artinya, Indonesia berada di puncak kepemimpinan
global dan memperoleh kesempatan besar untuk membangun kerja sama
internasional. Ini merupakan puncak prestasi yang besar sebagai bangsa
berkembang yang mendapat kepercayaan dari internasional. Peran Indonesia
benar-benar diakui dan dihormati oleh bangsa-bangsa di dunia. Bagi Indonesia ini
juga yang menjadi amanah dari Konstitusi negara Indonesia sehingga Indonesia
selalu beruapaya untuk dapat berkontribusi dalam menciptakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Selain itu kepercayaan
presiden juga disampaikan bahwa, “kita mempunyai
kesempatan besar untuk membangun Indonesia yang inklusif, berkeadilan, dan
berkelanjutan.” Pertama, hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam harus
terus dilakukan. Hilirisasi nikel, misalnya, telah meningkatkan ekspor besi
baja 18 kali lipat dari 36 trilyun menjadi 306 trilyun. Yang kedua, selain
hilirisasi, optimalisasi sumber energi bersih dan ekonomi hijau harus terus
kita tingkatkan. Persemaian dan rehabilitasi hutan tropis dan hutan mangrove,
serta rehabilitasi habitat laut, akan terus dilakukan, dan akan menjadi potensi
besar penyerap karbon. Untuk konsumsi beras, kita sudah tidak lagi impor dalam
tiga tahun terakhir, untuk beras konsumsi. Pembangunan bendungan dan irigasi
telah mendukung peningkatan produktivitas nasional kita. Alhamdulillah, kita
baru saja memperoleh penghargaan dari International Rice Research Institute
(IRRI) yang disaksikan oleh FAO, karena kita dinilai mampu mencapai sistem
ketahanan pangan dan swasembada beras sejak tahun 2019. Pencapaian ini berarti
menyamai pencapaian pada masa Presiden sebelumnya seperti Era Soeharto pada
tahun 1984. Yang ketiga, perlindungan hukum, sosial, politik, dan ekonomi untuk
rakyat harus terus diperkuat. Pemenuhan hak sipil dan praktik demokrasi, hak
politik perempuan dan kelompok marjinal, harus terus kita jamin. Hukum harus
ditegakkan seadil-adilnya, tanpa pandang bulu. Untuk yang ketiga ini memang
masih ada PR besar yang harus dikerjakan secara bersama-sama agar Indonesia
dapat menciptakan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Apalagi dengan
kasus-kasus yang muncul akhir-akhir ini terkait penegak hukum yang justru melanggar
hukum. Menurut presiden, Skor persepsi korupsi dari transparansi internasional
juga naik dari 37 menjadi 38 di tahun 2021. Indeks perilaku antikorupsi dari
BPS juga meningkat dari 3,88 ke 3,93 di tahun 2022. Walaupun sedikit, namun
angka itu menunjukkan adanya perbaikan yang sedang dilakukan, semoga kedepannya
akan lebih baik lagi.
Yang
keempat, UMKM harus terus didukung agar bisa segera naik kelas. Digitalisasi
ekonomi yang telah melahirkan dua decacorn dan Sembilan unicorn terus kita
dorong untuk membantu pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah. 19 juta
UMKM telah masuk ke dalam ekosistem digital dan ditargetkan sebesar 30 juta
UMKM akan masuk ekosistem digital pada tahun 2024. Kelima, pembangunan Ibu Kota
Nusantara terus harus dijaga keberlanjutannya. IKN bukan hanya untuk para ASN,
tetapi juga para inovator dan para wirausahawan.
Pada
bagian akhir presiden mengingatkan tentang pentingnya pendidikan dan Kesehatan sebagai
penopang utama untuk mencapai capaian besar kedepannya. Semua agenda tersebut
harus ditopang oleh manusia Indonesia yang unggul. Untuk itu, di bidang
kesehatan, stunting harus cepat dipangkas. Layanan promotif dan preventif serta
layanan pengobatan harus semakin kuat dan merata. Akses anak usia didik
terhadap layanan pendidikan dan layanan yang berkualitas harus terus
diprioritaskan. Para siswa dan mahasiswa harus dikenalkan kepada dunia kerja
sejak dini. Minat anak di bidang science, teknologi, seni dan
olahraga harus didukung dan diapresiasi. Oleh karena itu, budi pekerti
yang luhur, ideologi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan patriotisme merupakan
pilar utama. Seni dan tradisi lokal dengan semangat kebangsaan harus terus
digairahkan. Karya sastra dan film, karya seniman muda harus terus didukung.
Dana abadi kebudayaan akan terus kita tingkatkan sesuai dengan kemampuan fiskal
pemerintah. Kita berharap dengan pendidikan dan kesehatan yang baik indeks
pembangunan manusia kita akan bergerak naik dan daya saing kitapun semakin
tinggi. Oleh karena itu kualitas pendidikan dari mulai pendidikan dasar hingga
tinggi harus menjadi perhatian pemerintah, demikian pula dengan kualitas
layanan kesehatan kepada masyarakat juga selalu ditingkatkan. Kurikulum Merdeka
sebagai salah satu untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita agar kita bisa
sejajar kualitas pendidikan dengan negara-negara OECD yang baik pendidikannya
serta mewujudkan wargan negara Indonesia yang cerdas berkarakter dengan
keunggulan yang siap bersaing di dunia global
Sebagai
praktisi pendidikan, tentunya pidato tersebut membuat optimisme kita sebagai
bangsa, keberhasilan ini tidak diakui sebagai keberhasilan presiden semata,
namun berkat kerjasama semua pihak. Kerendahhatian dan tidak merasa paling
berjasa telah ditunjukkan oleh pemimpin negeri ini. Sudah selayaknya kita
menjaga dan meningkatkan prestasi ini dengan sebaik-baiknya sesuai peran kita
masing-masing. Tetap menjaga persatuan dan kesatuan untuk masa depan yang lebih
baik. Kekurangan dan ketidaksempurnaan bukan untuk dibicarakan terus, namun
perlu ditingkatkan dan diperbaiki bersama. Pekerjaan-pekerjaan rumah yang belum
selesai seperti kemiskinan, kesenjangan, kebodohan dan kerawanan sosial perlu
dikawal bersama agar kita benar-benar dapat mewujudkan Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia, sebagai amanat pendiri bangsa yang telah dipuruskan
77 tahun yang lalu. Semoga!
Sumber: Pidato Presiden, 16 Juli 2022